Oleh: Abdy Busthan
Menyimak adalah bagian yang tak terpisahkan dari bahasa dan komunikasi. Objek yang disimak, entah itu berasal dari pendengaran, penglihatan ataupun dari perasaan, selalu saja mengandung unsur-unsur bahasa yang nantinya dapat pula dikomunikasikan keluar maupun ke dalam diri seseorang.
Karenanya, maka hubungan terdalam antara menyimak, bahasa dan komunikasi adalah bahwa, bahasa menjadi objek yang di kominikasikan melalui aktifitas menyimak. Semua hal yang disimak, akan selalu menggunakan bahasa dalam kata-kata yang dikomunikasikan melalui bicara
Karl Kraus (1874-1936) pernah berucap, bahasa adalah ibu dari pemikiran, bukan dayang-dayangnya. Tentu saja apa yang diucapkan Kraus ini bukanlah isapan jempol semata. Sebab di dalam aktifitas kehidupan ini, hampir tidak pernah tidak, kita terhindar dari menggunakan bahasa.
Hampir tidak pernah terjadi, misalnya kita bercakap-cakap dengan cara saling menulis di kertas, saling bermain mata, atau dengan saling memukul-mukulkan suatu benda atau saling melemparkan benda-benda lainnya. Sebab dalam percakapan sehari-hari, kita selalu tidak luput dari bahasa. Bahkan, efektif tidaknya sebuah percakapan, sebenarnya sangatlah dipengaruhi oleh kemultifungsian sifat bahasa itu sendiri (Wibowo, 2003).
Itu sebabnya Danesi Marcel (2011) menyatakan bahwa, bahasa benar-benar sebuah fenomenon yang luar biasa, sebab tanpanya, kehidupan manusia seperti yang kita kenal kini takkan dapat terwujud.
Lalu apa pengertian dari bahasa itu? Bahasa secara harfiah, datang secara alamiah kepada manusia. Kita memperolehnya sebagai ujaran vokal tanpa upaya atau pelatihan semasa bayi. Bahkan seorang Chomsky (1928) tidak tanggung-tanggung untuk mengklaim bahwa, bahasa merupakan organ fisik yang bersifat bawaan bagi manusia, sama seperti, misalnya, terbang bagi burung.
Berbeda hal dengan pendapat Winfried Noth (2006) yang menyatakan, bahwa, istilah “bahasa” (language) digunakan secara umum baik untuk sistem tanda linguistik maupun untuk sistem tanda nonlinguistik. Dalam pengertian yang kedua ini, yakni nonlinguistik, terdapat beberapa ragam bahasa, seperti bahasa musik, arsitektur, film dan Objek.
Namun pengertian bahasa umumnya diartikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka) yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk mereka dapat bekerja sama, berinteraksi dan mengindentifikasi diri. Atau bisa juga didefinisikan sebagai kata yang digunakan untuk dapat menghubungkan bagian ujaran. Dalam hal ini, maka bahasa digunakan melalui perkataan yang diucapkan, dan perkataan yang diucapkan adalah dengan “berbicara”.
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama, pasti memiliki hubungan yang erat. Keterampilan menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif. Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui menyimak akan menjadi skemata yang membantunya ketika dia memahami isi bacaan, demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya, kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung. Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya.
Antara keterampilan berbahasa produktif juga memiliki hubungan yang erat. Seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya juga pandai menulis bahan seminar.
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing–masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya dalam pembelajaran membaca, di samping dapat meningkatkan keterampilan membaca seseorang, dapat juga meningkatkan keterampilan menulis.
Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan dalam hal menemukan ide –ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama.
Jadi, dalam proses keterampilan komunikasi berbahasa, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis, adalah hal yang sangat penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa cukup luas dapat mengungkapkan maksudnya dan mudah memahami maksud orang lain.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. disamping itu, kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
Tulisan di kutip dari buku:
Judul Buku:
Karenanya, maka hubungan terdalam antara menyimak, bahasa dan komunikasi adalah bahwa, bahasa menjadi objek yang di kominikasikan melalui aktifitas menyimak. Semua hal yang disimak, akan selalu menggunakan bahasa dalam kata-kata yang dikomunikasikan melalui bicara
Karl Kraus (1874-1936) pernah berucap, bahasa adalah ibu dari pemikiran, bukan dayang-dayangnya. Tentu saja apa yang diucapkan Kraus ini bukanlah isapan jempol semata. Sebab di dalam aktifitas kehidupan ini, hampir tidak pernah tidak, kita terhindar dari menggunakan bahasa.
Hampir tidak pernah terjadi, misalnya kita bercakap-cakap dengan cara saling menulis di kertas, saling bermain mata, atau dengan saling memukul-mukulkan suatu benda atau saling melemparkan benda-benda lainnya. Sebab dalam percakapan sehari-hari, kita selalu tidak luput dari bahasa. Bahkan, efektif tidaknya sebuah percakapan, sebenarnya sangatlah dipengaruhi oleh kemultifungsian sifat bahasa itu sendiri (Wibowo, 2003).
Itu sebabnya Danesi Marcel (2011) menyatakan bahwa, bahasa benar-benar sebuah fenomenon yang luar biasa, sebab tanpanya, kehidupan manusia seperti yang kita kenal kini takkan dapat terwujud.
Lalu apa pengertian dari bahasa itu? Bahasa secara harfiah, datang secara alamiah kepada manusia. Kita memperolehnya sebagai ujaran vokal tanpa upaya atau pelatihan semasa bayi. Bahkan seorang Chomsky (1928) tidak tanggung-tanggung untuk mengklaim bahwa, bahasa merupakan organ fisik yang bersifat bawaan bagi manusia, sama seperti, misalnya, terbang bagi burung.
Berbeda hal dengan pendapat Winfried Noth (2006) yang menyatakan, bahwa, istilah “bahasa” (language) digunakan secara umum baik untuk sistem tanda linguistik maupun untuk sistem tanda nonlinguistik. Dalam pengertian yang kedua ini, yakni nonlinguistik, terdapat beberapa ragam bahasa, seperti bahasa musik, arsitektur, film dan Objek.
Namun pengertian bahasa umumnya diartikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer (manasuka) yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk mereka dapat bekerja sama, berinteraksi dan mengindentifikasi diri. Atau bisa juga didefinisikan sebagai kata yang digunakan untuk dapat menghubungkan bagian ujaran. Dalam hal ini, maka bahasa digunakan melalui perkataan yang diucapkan, dan perkataan yang diucapkan adalah dengan “berbicara”.
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama, pasti memiliki hubungan yang erat. Keterampilan menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif. Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui menyimak akan menjadi skemata yang membantunya ketika dia memahami isi bacaan, demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya, kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung. Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya.
Antara keterampilan berbahasa produktif juga memiliki hubungan yang erat. Seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya juga pandai menulis bahan seminar.
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing–masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya dalam pembelajaran membaca, di samping dapat meningkatkan keterampilan membaca seseorang, dapat juga meningkatkan keterampilan menulis.
Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan dalam hal menemukan ide –ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama.
Jadi, dalam proses keterampilan komunikasi berbahasa, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis, adalah hal yang sangat penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa cukup luas dapat mengungkapkan maksudnya dan mudah memahami maksud orang lain.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. disamping itu, kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
Tulisan di kutip dari buku:
Judul Buku:
Menyimak: Suatu Esensialitas Berbahasa (Halaman 22-25)
Tahun Terbit: 2016
Penulis: Abdy Busthan
Penerbit: Desna Life Ministry
Kota: Kupang
Tahun Terbit: 2016
Penulis: Abdy Busthan
Penerbit: Desna Life Ministry
Kota: Kupang
0 komentar:
Post a Comment