Sebagaimana pandangan belajar dalam teori behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik, yaitu hubungan antara stimulus dan respon, maka aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik saja, tetapi lebih daripada itu, merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri setiap individu yang sedang belajar.
Selain itu, aliran behavioristik juga sangat mengesampingkan ranah tentang “rasa”, sementara menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah—meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata di dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.
Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu bisa menggunakan perangkat jasmaniahnya (misalnya dengan mulut dan tangan, dll) untuk mengucapkan kata dan menuliskan sesuatu dengan pena. Akan tetapi, perilaku untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak, bukanlah semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan lebih dari pada itu, karena dorongan mental yang di atur oleh otak anak itu sendiri.
Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu bisa menggunakan perangkat jasmaniahnya (misalnya dengan mulut dan tangan, dll) untuk mengucapkan kata dan menuliskan sesuatu dengan pena. Akan tetapi, perilaku untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak, bukanlah semata-mata respons atas stimulus (rangsangan) yang ada, melainkan lebih dari pada itu, karena dorongan mental yang di atur oleh otak anak itu sendiri.
Meskipun aliran kognitif ini dipandang sebagai golongan teori sintesis, namun dalam perkembangannya, teori ini justru mampu menunjukkan substansi kajian yang sama sekali berbeda dengan paham behavioristik.
Bahkan dalam derajad tertentu, justru teori belajar kognitif dipandang sebagai anti tesis dari paham belajar behavioristik yang cenderung mekanistik dan tidak mampu digunakan sebagai teori yang representatif dalam menjelaskan fenomena belajar.
Dalam perspektif teori belajar kognitif, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan dapat terjadinya respons, karena terdapat variabel moderator tertentu yang juga dapat mempengaruhi kemunculan respons dan tindakan.
Dalam perspektif teori belajar kognitif, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan dapat terjadinya respons, karena terdapat variabel moderator tertentu yang juga dapat mempengaruhi kemunculan respons dan tindakan.
Dan variabel moderator inilah yang kemudian disebutkan sebagai faktor internal—seperti: emosi, mental, persepsi, motivasi dan sebagainya. Tentu hal ini didasarkan pada pemahaman awal, dimana para penganut teori kognitif lebih membangun argumentasinya dengan menempatkan rumusan mendasar bahwa antara stimulus dan respons terdapat suatu dimensi psikologis yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan mental, sekaligus juga menyebabkan seseorang merespons suatu stimulus yang diberikan.
(Oleh: Abdy busthan)
**********
Daftar Pustaka:
Busthan Abdy (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran: Behavioristik, Kognitivistik, Konstruktivistik, Humanistik. Kupang: Desna Live Ministry
0 komentar:
Post a Comment