SALAHKAH 'BARABAS' ATAS EKSEKUSI PENYALIBAN KRISTUS?



Barabas, demikianlah nama ini sering dikaitkan dengan peristiwa penyaliban Yesus. Tentu sosok ini tidak bisa kita lewatkan jika harus mengenang saat-saat menjelang tragedi kalvari yang berlumuran darah itu. 

Hal pertama dan utama yang harus kita pahami sebelum membahas sosok Barabas ini adalah bahwa alasan mengapa manusia itu diselamatkan adalah karna manusia adalah Barabas. Ya, Barabas tidak bersalah atas pembebasan dirinya! Namun pembebasan Barabas, adalah cermin penolakan Mesias yang dilakukan oleh mereka-mereka yang lebih banyak belajar kebenaran. Ini memang suatu ironi yang sangat antagonistis. 

Bayangkan saja, para ahli-ahli agama yang juga bertindak sebagai pemimpin-pemimpin rohani dan rohaniawan yang seharusnya mengetahui esensi kebenaran dan sudah sepantasnya membela kebenaran, justru tega melacurkan kebenaran begitu saja dengan angkuhnya. Ya, merekalah para imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat, yang lebih bertanggungjawab atas penyaliban terhadap Kristus melalui pembebasan sang penjahat Barabas.

Siapakah Barabas?
Barabbas adalah pemberontak di zaman pemerintahan Pilatus. Nama "Barabas" diturunkan dari kata Aram (בר-אבא), Bar-abbâ, artinya "putra dari bapa". Sejumlah naskah kuno kitab Matius 27:16–17 juga mencatat nama lengkap Barabas sebagai "Yesus Barabas" dan kemungkinan adalah nama asli yang ditulis dalam teks Abba (Evans, Craig A, 2012), dimana teks “Abba” ini diketahui telah ditemukan sebagai nama pribadi pada kuburan abad ke-1 M di Giv'at ha-Mivtar. Selain itu, Abba juga sering muncul sebagai nama orang dalam bagian Gemara dari Talmud, yang bertarikh sekitar 200–400 M. 

Dari sini muncul pendapat bahwa "Barabas" juga "Baraba" atau "Bar-abba" yang adalah putra dari seorang yang bernama "Abba" atau "Abbas". Nama Barabas selanjutnya menjadi terkenal dalam peristiwa penjatuhan hukuman salib terhadap Yesus Kristus yang berujung pada pembebasan baginya.

Barabas merupakan seorang pemberontak nasionalis (W.R.F. Browning. 2008); (bandingkan. Markus 15:7). Barabas tertangkap dalam suatu pemberontakan (I. Snoek, 2008) yang digambarkan Alkitab bahwa Barabas sebagai seorang narapidana atau tahanan politis Romawi yang ketika itu memberontak dengan melakukan pembunuhan dan pencurian di zaman pemerintahan Pontius Pilatus sekitar tahun 27-36 Masehi (Lincoln, Henry dan Richard Leigh, 1982). 

Dalam Perjanjian Baru (PB), Barabas dikatakan sebagai penjahat (Yohanes 18:40) yang ditahan oleh karena pemberontakan politiknya, disertai dengan pembunuhannya (Markus 15:7; Lukas 23:18 dst).

Dalam Injil Yohanes, Barabas disebutkan sebagai seorang penyamun dan perampok (W.R.F. Browning. 2008); (Marthinus TH. Mawene, 2004), yang kemudian Barabas dibebaskan oleh Gubernur Pilatus atas kehendak orang banyak (massa Yahudi) yang saat itu orang banyak lebih memilih Barabas dibandingkan Yesus, yaitu ketika Yesus mengalami peradilan (W. N. McElrath-Billy Mathias, 1994)

Barabas diyakini merupakan seorang yang berasal dari sayap radikal golongan Zelot yang saat itu mengangkat senjata melawan pendudukan Romawi. Ia menyamun sebagai salah satu taktik untuk melemahkan, bahkan merusak perekonomian penguasa Romawi, khususnya kafilah-kafilah dagang yang merupakan mata rantai sistem perdagangan Romawi di Palestina. Ia merupakan seorang pemimpin perjuangan pembebasan dari kekuasaan Romawi dengan cara-cara kekerasan (Marthinus TH. Mawene, 2004; dalam Busthan Abdy, 2017).

Barabas Pintu Gerbang Keselamatan
Dalam konteks tulisan Injil Markus, menunjukkan pada suatu peristiwa terkenal dan kata sifat “terkenal” (Matius 27:16) yang memberi kesan bahwa Barabas adalah pahlawan rakyat. Para imam mungkin saja memanfaatkan tuntutan pendukung Barabas untuk membebaskannya (bandingkan. Markus 15:8), sewaktu imam-imam itu di tantang Pilatus memilih siapa yang dibebaskan: Yesus atau Barabas? (Matius 27:20; Markus 15:11).

Tetapi terlepas dari semua itu, akhirnya Barabas dalam batas tertentu, tampil menjadi simbol perolehan kebebasan mutlak dari sebuah hukuman, sebagai akibat dari penggantian penangguhan atas hukuman yang menimpanya (Busthan Abdy, 2014).

Seperti diceritakan kembali oleh Lucado Max (2011), kisah kebebasan Barabas terjadi begitu cepat. Baru saja Barabas bermain tik tak tok di dalam dinding tanah dalam selnya untuk orang hukuman mati, tiba-tiba ia sudah menghirup udara bebas karena berada di luar. Seketika itu pun bola mata sang Barabas menjadi berkedip-kedip bak lampu disco karena melihat silaunya matahari....

“Kamu bebas. Kamu boleh pergi”
Barabas menggaruk-garuk janggutnya, “Hah? Apa?”
“Kamu bebas. Mereka telah mengambil si orang Nazaret menggantikan kau”.

Ya, Barabas adalah orang pertama yang mendapatkan “kebebasan mutlak” dari Kristus. Barabas juga merupakan orang pertama yang membuka jalan untuk pembebasan bagi manusia melalui penyaliban Kristus! Artinya bahwa jika tanpa Barabas, apakah mungkin Yesus disalibkan? Seandainya, jika Barabas tidak bersedia dibebaskan dari penjara saat itu, apakah mungkin Yesus menjalani penyaliban?

Barabas adalah taruhan sebuah pembebasan! Barabas bebas, maka manusia mendapatkan pembebasan kekal melalui anugerah keselamatan dalam pengorbanan Kristus di kayu salib.

Barabas telah membuka gerbang pertama menuju pembebasan sejati untuk setiap manusia yang percaya kepada Yesus. Tentu kebebasan melalui Kristus bukanlah semata-mata karena manusia itu benar dalam perbuatannya. Tetapi karena manusia adalah Barabas, sehingga Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya untuk memberikan “pembebasan Kekal” dari maut yang diakibatkan dosa manusia, seperti perbuatan sang penjahat Barabas.

Yesus datang bukan untuk mereka yang merasa dirinya benar dan suci, tetapi Yesus datang untuk mereka yang merasa hina, kotor dan penuh kejahatan dan dosa. Demi untuk kebebasan orang berdosa, maka Yesus menyediakan kebebasan yang adalah keselamatan. Karena itu, esensi “kebebasan” dalam Kristen adalah “keselamatan” di dalam Yesus.

Karena kebebasan dalam Kristen adalah keselamatan, maka Grudem Wayne (2009) mengingatkan bahwa fakta-fakta yang berhubungan dengan keselamatan pada dasarnya terdiri dari tiga bagian inti, yaitu sebagai berikut:

a) Semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23)
b) Hukuman dosa adalah maut (Roma 6:23)
c) Yesus Kristus mati untuk membayar hukuman atas dosa manusia (Roma 5:8)



Sumber Buku:
Busthan Abdy. (2017). Mesias dalam Progeni. Kupang: Desna Life Ministry
Share on Google Plus

Tentang Abdy Busthan

Abdy Busthan, S.Pd., M.Pd., M.Fil., adalah Dosen dan Teknolog Pembelajaran. Pembina dan Peneliti di Jurnal Ilmiah Flobamora Science. Dibesarkan di kota Nabire, Papua.Tempat tinggal di kota Kupang NTT. Lulus pendidikan S-1 dengan predikat lulusan terbaik dan tercepat (cumlaude), hanya dengan waktu 3 tahun, yaitu di FKIP IPTH Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Pendidikan S-2 pada Magister Teknologi Pendidikan, dengan mengambil konsentrasi ilmu Teknologi Pembelajaran dan Magister Filsafat.

0 komentar:

Post a Comment